STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR



Sepuluh jenis kesesatan karena relevansi
1 1.    Argumentum Ad Hominem
Kesesatan ini terjadi kalau kita berusaha agar orang menerima atau menolak sesuatu usul, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan atau keadaan orang yang mengusulkan atau diusuli.

2  2.      Argumentum Ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
Kesesatan ini juga menerima atau menolak sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang ahli. Secara logis seharusnya orang tidak menggantungkan diri kepada pendapat orang lain yang dianggap ahli itu. Keahlian, kepandaian, atau kebaikan justru harus dibuktikan dengan penalarannya yang tepat, tidak sebaliknya. Sebenarnya nilai wibawa hanya setinggi nilai argumentasinya.
3  3.      Argumentum Ad Baculum
Kesesatan ini terjadi kalau penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman. Kalau tidak menyetujui, akan dihukum, dipenjarakan, dipukuli, dipersulit hidupnya, dan sebagainya. Teror pada hakikatnya adalah paksaan untuk menerima sesuatu gagasan atau penalaran karena ketakutan.
4   4.      Argumentum Ad Misericordiam
Penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan agar dapat diterima disebut argumentum ad misericordiam. Argumen yang demikian ini biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan.
5   5.      Argumentum Ad Populum
Argumentum ad populum ditujukan kepada rakyat, kepada suatu massa, kepada pendengar orang banyak. Pembuktian sesuatu secara logis tidak dipentingkan. Yang diutamakan adalh menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan semangat atau membakar emosi pendengar agar menerima suatu konklusi tertentu. Argumentum ad populum banyak dijumpai dalam kampanye politik, pidato-pidato, demonstrasi dan propaganda.
6   6.      Kesesatan Non Causa pro Causa
Kesesatan ini terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap.
7   7.      Ignoratio Elenchi
Kesesatan Ignoratio elenchi terjadi apabila konklusi yang diturunkan dari premis tidak relevan dengan premis itu.
8.      Argumentum Ad Ignorantiam
Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi atas dasar bahwa negasinya tidak terbukti salah, atau yang menyimpulkan bahwa sesuatu konklusi itu salah karena negasinya tidak terbukti benar.
9.      Kesesatan Aksidensi
Kesesatan aksidensi terjadi kalau kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada peristiwa-peristiwa tertentu karena keadaannya yang bersifat aksidential menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Sifat atau kondisi yang aksidential adalah sifat atau kondisi yang kebetulan, yang tidak harus ada, dan tidak mutlak. Jadi kesesatan ini biasa terjadi karena orang mengira bahwa apa yang dianggap benar dalam substansi itu, juga benar dalam aksidensinya atau sifat-sifatnya, maupun keadaan-keadaan yang eksistensinya secara kebetulan. Adapun setiap subjek tertentu itu mempunyai ciri-ciri khusus yang telah menjadi kodratnya sejak adanya eksistensi diri dan yang membedakannya dengan subjek lain.
10.  Kesesatan karena Komposisi dan Divisi
Ada predikat-predikat yang hanya mengenai individu-individu suatu kelompok kolektif. Kalau kita menyimpulkan bahwa predikat itu juga berlaku untuk kelompok kolektif seluruhnya, penalaran kita sesat karena komposisi.

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR
Sesat pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran kita. Oleh karena itu, untuk menhindari kekeliruan relevansi, misalnya kita sendiri harus tetap bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal ini, penelitian terhadap peranan bahasa dan penggunaannya merupakan hal yang sangat menolong dan penting. Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan bahasa dapat kita manfaatkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen.

Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi secara sangat “halus”. Banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus dapat mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang dipergunakan.

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

Resensi Buku Fenomenologi Agama