Posts

Showing posts from 2015

Mengapa kita bersandiwara?

Image
Agar dapat memelihara citra diri yang stabil, orang bersandiwara di hadapan audiens sosialnya. Goffman memandang kehidupan sosial sebagai serangkaian sandiwara dramatik yang mirip ditampilkan di atas panggung (Ritzer, 2012:637). Layaknya Lagu "Panggung Sandiwara" ciptaan Taufik Ismail yang dipopulerkan oleh Nicki Astria: Dunia ini panggung sandiwara Cerita yang mudah berubah Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani Setiap kita dapat satu peranan Yang harus kita mainkan Ada peran wajar ada peran berpura pura Mengapa kita bersandiwara Mengapa kita bersandiwara MENGAPA KITA BERSANDIWARA? Pada dasarnya diri kita bukanlah milik kita sendiri (aktor), tetapi lebih tepatnya sebagai produk interaksi dramatik antara aktor dan audiens. Diri 'adalah suatu efek dramatik yang sedang muncul dari suatu adegan yang disajikan" (Goffman, 1959:253). Terasa aneh ketika menghadapi hal ini dalam kehidupan nyata, terlebih khusus dalam media sosial yang bahkan setiap saat '

Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sonny Keraf & Mikhael Dua)

1.     Buku ini membedakan antara keyakinan dengan pengetahuan, karena pada dasarnya sebagai manusia seringkali sulit menyadari sesuatu yang dianggapnya sebagai kebenaran adalah kebenaran itu sendiri. Oleh karena, pengetahuan dan keyakinan mempunyai suatu kesamaan, yakni sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungannya dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai  ada atau terjadi. Dari kesamaan tersebut, buku ini membangun suatu kerangka berpikir yang sederhana dalam membedakan pemahaman antara keyakinan dengan pengetahuan. Keyakinan bisa saja keliru, tetapi sah dianut menjadi suatu keyakinan, karena dalam keyakinan obyek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus sebagaimana adanya. Sebaliknya, pengetahuan tidak bisa salah atau keliru karena ketika pengetahuan terbukti salah atau keliru, maka tidak bisa lagi dianggap sebagai pengetahuan. Obyek yang disadari dalam pengetahuan itu memang ada sebagaimana adanya. Hal tersebut yang menjadi dasar buku ini membedakan ke

Filsafat Ilmu

Image
             Hal yang paling mendasar yang perlu diketahui bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology, yakni suatu cabang filsafat yang berbicara mengenai hakikat dari ilmu pengetahuan itu sendiri. [1] Ketika ingin mencari suatu dasar, dan ingin mencari suatu pijakan dalam menganalisis suatu ilmu, maka diperlukan pengetahuan awal yang berkaitan dengan suatu ilmu itu sendiri. Oleh karena, kita hidup dalam suatu zaman yang sudah terkonstruksi dari segi budaya, proses berpikir, bertingkah laku, dan sebagainya. Terkadang apa yang sudah kita yakini sebagai hal yang mutlak dan benar, merupakan hal yang benar adanya, tanpa memikirkan terlebih dahulu hal tersebut dari prinsip ilmu yang lain. Mikhael Dua menyatakan bahwa filsafat ilmu pengetahuan tidak lagi bersifat empiris sebagaimana diusahakan ilmu-ilmu empiris, melainkan bersifat normatis kritis. [2] Artinya,

Video yang Menginspirasi "Oppresion"

Image
https://youtu.be/SlBg7TxMM0w

Perempuan dan Human Trafficking: Meninjau Kasus Mary Jane Veloso dan Buruh Migran Perempuan Indonesia

Image
            Ketika berbicara mengenai perempuan dan Human Trafficking ini bukanlah menjadi suatu fenomena belaka, tetapi suatu fakta yang terjadi di lapangan. Saya melihat bahwa ada dua faktor besar pemicu besarnya angka perdagangan manusia di Indonesia, pertama faktor ekonomi,   alasan ekonomi menjadi faktor utama mengapa terjadi perdagangan manusia, karena kebutuhan hidup semakin mahal dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang menjadi alasan mereka. Kemudian faktor kedua pendidikan, jelas bahwa dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari perdagangan manusia, selain itu juga kurangnya informasi yang didapat korban perdagangan manusia membuat mereka terlena dengan harapan-harapan yang diberikan para agen human trafficiking .

Penindasan tetap menjadi Penindasan, No Compromise!

Image
Di awal perkuliahan ini, kami ditunjukkan ketika suatu masa dimana laki-laki menjadi perempuan dan perempuan menjadi laki-laki. Ini merupakan suatu ‘keanehan’ tersendiri menurut pandangan saya. Oleh karena saya sudah tenggelam dalam budaya patriarki yang mengatakan perempuan itu tidak bisa menghakimi laki-laki, perempuan tidak bisa menjadi pemimpin, dsb.. Ini merupakan suatu gejolak yang besar di dalam diri saya, tetapi menjadi suatu tantangan yang memang mau tidak mau harus diubah cara pandang mengenai budaya patriarki , sebab jika tidak sudah tentu saya menjadi pelaku utama terhadap penindasan yang terjadi di muka bumi ini. Baik melalui pikiran, perbuatan dan perkataan.

Dasar Pemahaman Teologi Feminis

Image
             Pada pertemuan sebelumnya kami belajar dari teori feminis esensialisme ( Helena Cixous ), dimana dari pertemuan tersebut saya mendapatkan banyak pandangan baru mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dan ditinjau dari sifat biologis ataupun alamiah dari manusia. Kemudian pada pertemuan ke-5 saat ini, kami belajar pandangan-pandangan baru dari feminis konstraktivisme dan feminis Strategi Esensialis. Dimulai dari feminis konstraktivsme yang mempunyai tokoh terkenal, yakni Judith Butler yang sangat menentang teori feminis esensialisme dari Cixous, Butler mengatakan bahwa gender, seks dan perempuan bukanlah merupakan fakta-fakta natural, ataupun ciri-ciri esensial/universal dari seseorang melainkan merupakan akibat dari dinamika hasil kebudayaan dan  kesepakatan bersama, sehingga menjadi perempuan atau menjadi laki-laki bukan merupakan faktor biologis.

Refleksi Teori Feminis :)

Image
                             Pada pertemuan kali ini kami diperlihatkan video orang Bali “Tempoe Doloe” yang mana pada saat itu orang-orang Bali melakukan aktifitasnya dengan bertelanjang dada, tanpa terkecuali perempuan. Hal yang lumrah terjadi saat itu, yakni tidak adanya rasa risih ataupun rasa malu dari pihak perempuan ketika menunjukkan dirinya dalam kehidupan nyata. Hal itu kita bisa pahami, karena pada saat itu kolonialisme belum masuk di dalam kehidupan orang Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan yang sejati , mengapa saya katakan seperti itu? Oleh karena perempuan “Bali Tempoe Doloe” yang tidak memakai busana saat itu dalam melakukan aktifitas, bukan untuk ‘memamerkan’ kepada kaum Adam kemolekan tubuh mereka, tetapi jauh daripada itu kaum perempuan di Bali saat itu melihat bahwa sebagai seorang perempuan kita sama dengan laki-laki/ kita setara. Dengan demikian tidak adanya diskriminasi, ketidakadilan yang terjadi pada saat itu, mungkin ada tet

Sejarah Gerakan Feminisme (Suatu Refleksi)

Image
          Pada pertemuan kedua ini, kami belajar bersama tentang sejarah gerakan feminisme dan juga aliran-aliran feminisme. Dalam penyampaian yang disampaikan oleh Ibu Ira Mangililo, Ph.D tentang pentingnya kesadaran gender di dalam masyarakat yang dimulai dari lingkungan keluarga, itu merupakan hal yang sangat berdampak bagi kehidupan kita selanjutnya. Kehidupan yang saling menghargai, mendukung, menopang, dsb. Bukan kehidupan yang saling menjatuhkan, karena merasa dirinya yang paling tinggi daripada yang lain (budaya patriaki). Dalam perkuliahan ini, kami sebagai mahasiswa diajak berefleksi terlebih dahulu dari video ‘laki-laki yang mencoba merasakan sakitnya ketika melahirkan seorang anak’. Memang hal tersebut dapat dilihat sebagai suatu lelucon, tetapi jika maknanya diangkat lebih dalam maka saya juga turut merasakan seorang perempuan dengan begitu menderitanya selama kurang lebih 9 bulan mengandung seorang anak, bahkan ketika mau melahirkan pun sakitnya sangat luar biasa. S

Studi Gender "Suatu Proses Menuju Keadilan dan Kesetaraan Gender"

Image
                       Pada pertemuan pertama kuliah Studi Gender dengan dosen Ibu Ira Mangililo, Ph.D, saya mengetahui dengan sungguh perbedaan antara jenis kelamin dan gender itu sendiri. Dalam hal ini saya belajar hal yang baru bahwa setiap orang dilahirkan dengan jenis kelamin yang memang menjadi tabiat dari seseorang yang tidak dapat diubah, tetapi gender merupakan sesuatu yang muncul dari berbagai faktor, bahkan dalam pertemuan yang pertama ini saya merasa terkejut melihat seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki tetapi sejak kecil bertingkah laku, bahkan mengubah total dirinya menjadi seorang anak perempuan. Hal tersebut jika dilihat dari budaya ‘lokal atau budaya di Indonesia secara umum’ bahwa anak itu dianggap tidak ‘normal’ karena telah melakukan suatu kebiasaan yang sangat berbeda dengan manusia pada umumnya yang hanya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Hal yang menarik yang dikatakan oleh anak kecil ini bahwa ia merasa tubuhnya memang laki-laki, tetap