Posts

Showing posts from September, 2015

Mengapa kita bersandiwara?

Image
Agar dapat memelihara citra diri yang stabil, orang bersandiwara di hadapan audiens sosialnya. Goffman memandang kehidupan sosial sebagai serangkaian sandiwara dramatik yang mirip ditampilkan di atas panggung (Ritzer, 2012:637). Layaknya Lagu "Panggung Sandiwara" ciptaan Taufik Ismail yang dipopulerkan oleh Nicki Astria: Dunia ini panggung sandiwara Cerita yang mudah berubah Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani Setiap kita dapat satu peranan Yang harus kita mainkan Ada peran wajar ada peran berpura pura Mengapa kita bersandiwara Mengapa kita bersandiwara MENGAPA KITA BERSANDIWARA? Pada dasarnya diri kita bukanlah milik kita sendiri (aktor), tetapi lebih tepatnya sebagai produk interaksi dramatik antara aktor dan audiens. Diri 'adalah suatu efek dramatik yang sedang muncul dari suatu adegan yang disajikan" (Goffman, 1959:253). Terasa aneh ketika menghadapi hal ini dalam kehidupan nyata, terlebih khusus dalam media sosial yang bahkan setiap saat '

Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sonny Keraf & Mikhael Dua)

1.     Buku ini membedakan antara keyakinan dengan pengetahuan, karena pada dasarnya sebagai manusia seringkali sulit menyadari sesuatu yang dianggapnya sebagai kebenaran adalah kebenaran itu sendiri. Oleh karena, pengetahuan dan keyakinan mempunyai suatu kesamaan, yakni sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungannya dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai  ada atau terjadi. Dari kesamaan tersebut, buku ini membangun suatu kerangka berpikir yang sederhana dalam membedakan pemahaman antara keyakinan dengan pengetahuan. Keyakinan bisa saja keliru, tetapi sah dianut menjadi suatu keyakinan, karena dalam keyakinan obyek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus sebagaimana adanya. Sebaliknya, pengetahuan tidak bisa salah atau keliru karena ketika pengetahuan terbukti salah atau keliru, maka tidak bisa lagi dianggap sebagai pengetahuan. Obyek yang disadari dalam pengetahuan itu memang ada sebagaimana adanya. Hal tersebut yang menjadi dasar buku ini membedakan ke

Filsafat Ilmu

Image
             Hal yang paling mendasar yang perlu diketahui bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology, yakni suatu cabang filsafat yang berbicara mengenai hakikat dari ilmu pengetahuan itu sendiri. [1] Ketika ingin mencari suatu dasar, dan ingin mencari suatu pijakan dalam menganalisis suatu ilmu, maka diperlukan pengetahuan awal yang berkaitan dengan suatu ilmu itu sendiri. Oleh karena, kita hidup dalam suatu zaman yang sudah terkonstruksi dari segi budaya, proses berpikir, bertingkah laku, dan sebagainya. Terkadang apa yang sudah kita yakini sebagai hal yang mutlak dan benar, merupakan hal yang benar adanya, tanpa memikirkan terlebih dahulu hal tersebut dari prinsip ilmu yang lain. Mikhael Dua menyatakan bahwa filsafat ilmu pengetahuan tidak lagi bersifat empiris sebagaimana diusahakan ilmu-ilmu empiris, melainkan bersifat normatis kritis. [2] Artinya,