Sejarah Gerakan Feminisme (Suatu Refleksi)


          Pada pertemuan kedua ini, kami belajar bersama tentang sejarah gerakan feminisme dan juga aliran-aliran feminisme. Dalam penyampaian yang disampaikan oleh Ibu Ira Mangililo, Ph.D tentang pentingnya kesadaran gender di dalam masyarakat yang dimulai dari lingkungan keluarga, itu merupakan hal yang sangat berdampak bagi kehidupan kita selanjutnya. Kehidupan yang saling menghargai, mendukung, menopang, dsb. Bukan kehidupan yang saling menjatuhkan, karena merasa dirinya yang paling tinggi daripada yang lain (budaya patriaki). Dalam perkuliahan ini, kami sebagai mahasiswa diajak berefleksi terlebih dahulu dari video ‘laki-laki yang mencoba merasakan sakitnya ketika melahirkan seorang anak’. Memang hal tersebut dapat dilihat sebagai suatu lelucon, tetapi jika maknanya diangkat lebih dalam maka saya juga turut merasakan seorang perempuan dengan begitu menderitanya selama kurang lebih 9 bulan mengandung seorang anak, bahkan ketika mau melahirkan pun sakitnya sangat luar biasa. Saya melihat hal tersebut merupakan tanda bahwa sebenarnya di muka bumi ini perempuan setara dengan laki-laki, bahkan lebih. Oleh karena perempuan di dalam kehidupannya bisa dengan baik menahan rasa sakit yang ia alami, penderitaan, tangisan, semua itu demi membahagiakan orang yang ia kasihi.Studi gender yang saya pelajari disini memperlihatkan bahwa, jika kesetaraan gender maupun keadilan gender mau diaktualisasikan di dalam kehidupan hari lepas hari, maka ‘kebiasaan-kebiasaan lama’ kita sebagai seorang laki-laki harus dihilangkan, bahkan wajib hukumnya budaya Patriaki itu dihapuskan, meskipun hal tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan. Tetapi proses untuk mewujudkan keadilan tersebut harus continous (terus menerus), agar keadilan dan kesetaraan gender dapat diwujudkan dalam masyarakat yang lebih luas.
            Dalam sejarah pergerakan feminisme di dunia ini, dimulai sejak abak ke 17/18 ZB. Dari pergerakan tersebut munculnya tulisan-tulisan filsafat dari berbagai filsuf perempuan yang ada pada
masa itu, untuk menentang kaum ‘penguasa’ (laki-laki) dalam kepentingannya menjunjung tinggi keegoisannya, bahkan menindas kaum perempuan. Hal tersebut menjadi amarah bahkan muncul gerakan feminisme pada tahun 1960an, mereka ingin mendobrak nilai-nilai patriaki yang ada saat itu, terkhusus di bagian Eropa dan Amerika. Mereka ingin keadilan gender ditegakkan, contohnya dari surat suara pemilihan umum, seharusnya mereka masuk di dalamnya, tetapi karena nilai-nilai Patriaki yang begitu kuat dan kentalnya, maka mereka tidak bisa memilih dan otomatis kedudukan kaum perempuan di masyarakat semakin sempit dan kecil untuk eksis menyuarakan suara-suara ketidakadilan dimana-mana. Oleh karena gerakan feminisme ingin keadilan gender ditegakkan maka kesetaraan genderlah hasilnya, ini merupakan impian yang harus dibanggakan, suatu cita-cita yang harus diperjuangkan secara bersama-sama. Bukan hanya bagi kaum perempuan tetapi laki-laki yang ingin keadilan ditegakkan, kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai cinta kasih di dalamnya.

                                                                       Bersambung......

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama