Refleksi Teori Feminis :)
Pada pertemuan kali ini kami
diperlihatkan video orang Bali “Tempoe Doloe” yang mana pada saat itu
orang-orang Bali melakukan aktifitasnya dengan bertelanjang dada, tanpa
terkecuali perempuan. Hal yang lumrah terjadi saat itu, yakni tidak adanya rasa
risih ataupun rasa malu dari pihak perempuan ketika menunjukkan dirinya dalam
kehidupan nyata. Hal itu kita bisa pahami, karena pada saat itu kolonialisme
belum masuk di dalam kehidupan orang Indonesia yang masih menjunjung tinggi
nilai-nilai kesetaraan yang sejati,
mengapa saya katakan seperti itu? Oleh karena perempuan “Bali Tempoe Doloe”
yang tidak memakai busana saat itu dalam melakukan aktifitas, bukan untuk
‘memamerkan’ kepada kaum Adam kemolekan tubuh mereka, tetapi jauh daripada itu
kaum perempuan di Bali saat itu melihat bahwa sebagai seorang perempuan kita
sama dengan laki-laki/ kita setara. Dengan demikian tidak adanya diskriminasi,
ketidakadilan yang terjadi pada saat itu, mungkin ada tetapi tidak semasif
ketika para penjajah telah datang di Indonesia dan membuat kaum laki-laki
derajatnya lebih tinggi daripada perempuan, dan hal tersebut menjadi budaya
yang kental di setiap lini kehidupan yang tidak dapat dipungkiri menimbulkan
ketidakadilan gender sebagai bom waktu yang sadar atau tidak disadari adalah
awal dari sebuah kehancuran negara maupun kehancuran keutuhan makhluk hidup
ciptaan Tuhan. Untuk itu kesadaran gender yang terutama merupakan hal yang
sangat diperlukan, jika hal itu dapat terwujud niscaya keadilan gender akan
terjadi dan kesetaraan gender bukan hal yang tidak mungkin bisa tercapai di
setiap lini kehidupan.
Fokus pada pertemuan saat ini
ialah tentang Teori-teori feminis yang berkembang saat itu yang dimulai dari
tahun 1970-an di Amerika Utara. Kemudian teori tersebut dipercakapkan,
didiskusikan, kemudian lebih dalam lagi teks-teks atau teori tersebut dihidupi
di dalam kehidupan nyata. Tujuan utama dari adanya teori feminis ini ialah
untuk pembebasan perempuan yang patut dan haruslah selalu berjuang melawan penindasan
terhadap perempuan juga terhadap pemberdayaan mereka. Gerakan Feminisme muncul
bukan tanpa sebab, melainkan karena gerakan ini melihat, menganalisis dan
kemudian mempertanyakan berbagai hal dalam kacamata kesadaran feminis. Aspek di
dalam feminis yang terutama ialah untuk kaum perempuan, oleh karena ini
merupakan suatu permasalahan yang urgen dan
harus ditindaklanjuti, jika ingin memberdayakan perempuan agar dapat peka
terhadap ketidakadilan yang dihadapi di setiap lini kehidupan ini. Untuk itu
perempuan harus memahami bahwa penindasan yang terjadi bukan hanya penindasan
fisik, melainkan penindasan verbal juga merupakan hal yang harus dilihat secara
mendalam sebagai suatuu penindasan yang berakibat fatal jika tidak ditindaklanjuti.
Dengan demikian kaum perempuan tidak dapat bergerak, dan berjalan sendiri untuk
mencapai semuanya itu. Ketika kaum perempuan sudah teguh, kokoh dan peka
terhadap situasi ketidakadilan yang terjadi, maka perempuan dapat menggandeng
kaum laki-laki dalam melihat berbagai permasalahan yang terjadi di muka bumi
ini ataupun sebaliknya kaum laki-laki dapat menggandeng perempuan untuk
mencapai tujuan bersama, yakni kesadaran gender, keadilan dan pada akhirnya
kesetaraan gender.
Comments
Post a Comment