ANALISIS BUDAYA DARI PASCAMODERNISME DAN PASCAMODERNITAS
Setelah
saya membaca bahan bacaan tentang pascamodernisme dan pascamodernitas saya
mendapat suatu pengertian bahwa, dengan perkembangan teknologi yang
sedemikian canggih, masyarakat saat ini masih merasa berada di era modern.
Bahkan, mungkin sebagian besar orang berpikir bahwa era modern adalah era
terakhir sampai nanti kehidupan di bumi berakhir. Namun, kenyataannya tidaklah demikian.
Hidup bergulir, dunia berputar; dan perkembangan teruslah menjadi proses yang
tidak berujung. Saat ini, disadari atau tidak, masa modern telah bergerak lebih
jauh memasuki era baru yang ditandai dengan perubahan paradigma di berbagai
bidang kehidupan.
Berbicara
mengenai pergeseran masa dari modern ke pascamodern sesungguhnya memang lebih
tepat merupakan pembicaraan mengenai pergeseran filsafat hidup modernisme ke
pascamodernisme. Modernisme dianggap dalam keadaan sekarat meskipun belum
sepenuhnya kehilangan kekuatan dan sedang dalam proses digantikan oleh
pascamodernisme
Tantangan modernisme yang sedemikian
menekan kekristenan belumlah usai ketika gereja kemudian harus berhadapan
dengan filsafat baru pascamodernisme. Berbeda dengan filsafat modern yang
berusaha memutlakkan kebenaran hanya berdasarkan rasio dan ilmu pengetahuan,
pascamodernisme justru memberikan pernyataan bahwa tidak ada kebenaran yang
bersifat mutlak dan universal. Posisi kekristenan menjadi lebih sulit karena
sesungguhnya pengaruh modern belum sepenuhnya lepas dan pascamodernisme telah
mulai menancapkan akar-akarnya semakin dalam. Kekristenan seakan dipaksa
berdiri dengan berpijak pada dua perahu yang segera akan bersilang arah. Namun,
sebelum berbicara lebih lanjut mengenai implikasi permasalahan ini bagi
kekristenan, kita perlu mengetahui lebih jelas mengenai filsafat
pascamodernisme ini.
Pada
dasarnya, pascamodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta tidak pernah
tercapainya impian yang dicita-citakan dalam era modern. Era modern yang
berkembang antara abad kelima belas sampai dengan delapan belas –dan mencapai
puncaknya pada abad sembilan belas dan dua puluh awal— memiliki cita-cita yang
tersimpul dalam lima kata, yaitu: reason, nature, happiness,
progressdan liberty. Semangat ini harus diakui
telah menghasilkan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan dalam
waktu yang relatif singkat. Nampaknya, mimpi untuk memiliki dunia yang lebih
baik dengan modal pengetahuan berhasil terwujud. Namun, tidak lama, sampai
kemudian ditemukan juga begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi
dunia. Teknologi ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping
kimiawi justru merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, mimpi orang-orang
modernis ini tidaklah berjalan sesuai harapan.
Rasionalitas
modern gagal menjawab kebutuhan manusia secara utuh. Ilmu pengetahuan terbukti
tidak dapat menyelesaikan semua masalah manusia. Teknologi juga tidak
memberikan waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati hidup. Di
masa lampau, ketika hanya ada alat-alat tradisional yang kurang efektif, semua
orang mengharapkan teknologi canggih akan memperingan tugas manusia sehingga
seseorang dapat menikmati waktu senggang. Saat ini, teknologi telah berhasil
menciptakan alat-alat yang memudahkan kerja manusia. Seharusnya, semua orang
lebih senggang dibanding dulu, tetapi kenyataannya, justru semua orang lebih
sibuk dibanding dulu. Teknologi instan yang ada saat ini justru
menuntut pribadi-pribadi untuk lebih bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dari efektifitas yang diciptakan. Ironis.
Dalam
dunia pascamodern, manusia tidak lagi percaya bahwa pengetahuan itu baik. Untuk
menghindari mitos Pencerahan, pascamodernisme menggantikan optimisme dengan
pesimisme. Harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik di masa depan pun
dianggap kebohongan. Walaupun ada cukup banyak pengaruh baru yang dimunculkan
oleh pascamodern dalam berbagai aspek kehidupan, sangat penting diperhatikan
bahwa gerakan baru ini bukanlah anti terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh era
modern. Yang menjadi titik perlawanan pascamodern terhadap modernsime adalah
cara pandang (worldview) dan filsafat modernis yang dianggap
gagal. Yang dilakukan kaum postmodernis pada intinya adalah pembongkaran cara
pandang dan asumsi-asumsi dasar dibalik segala cita-cita modern –yang
dilihatnya sebagai akar permasalahan timbulnya berbagai bencana. Karena itu, tidaklah salah jika dikatakan bahwa dunia pascamodern
saat ini lebih menunjuk pada suasana intelektual dan ekspresi kebudayaan yang
mendominasi masyarakat kini.
Comments
Post a Comment