'Refleksi' Hubungan antara Teologi dan Komunikasi

            Refleksi saya dalam mempelajari ilmu Teologi dan Komunikasi, yakni saya sangat banyak mendapatkan ilmu, terlebih khusus yang pada awalnya saya pahami bahwa komunikasi itu sifatnya sangat sempit tetapi ternyata komunikasi itu sangat luas cakupannya dan komunikasi dan Teologi saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebelum memasuki hubungan antara komunikasi dan teologi, sebelumnya perlu diketahui bahwa dasar dari segala ilmu adalah filsafat (berasal dari kata philosophia (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”). Sehingga Filsafat bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Oleh karena itu, dalam ilmu Teologi dan Komunikasi perlu diketahui landasan filosofis dari disiplin ilmu tersebut, sehinga hal tersebut dapat menjadi titik tolak dalam memahami hubungan diantara kedua ilmu tersebut. Teologi (berasal dari bahasa Yunani “Theos” yakni Tuhan dan “Logos” kata-kata) jadi, Teologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang Tuhan atau dapat dikatakan bahwa, Teologi adalah suatu usaha manusia dalam pencarian akan sesuatu yang transenden. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator (penghantar pesan) dan diterima oleh komunikan (penerima pesan), sehingga terjadi umpan balik dari komunikan (penerima pesan), bila proses itu terjadi maka komunikasi dua arah telah terjadi.
             Landasan filosofis dimulai dari menyingkap hakikat komunikasi dari Aristoteles yang mengatakan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang khas bagi manusia, sehingga yang menandai komunikasi tersebut adalah bahasa. Jika dilihat lebih dalam mengenai komunikasi pada abad pertengahan, bahwa komunikasi di dalam negara kota saat itu menjadikan mitos sebagai sesuatu yang sakral, sehingga terjadi pembungkaman atas komunikasi tersebut, karena segala sesuatu telah mendapatkan penjelasannya. Dalam hal tersebutlah Teologi dijadikan sebagai ratu segala ilmu pengetahuan, komunikasi tidak berlangsung secara terbuka dan demokratis. Pada saat itu juga dominasi Teosentris dilawan oleh modernitas yang tampil sebagai pemberontak, sehingga dalam dominasi Teosentris tersebut seringkali terjadi perbedaan di dalamnya, karena filsafat modernitas mempunyai ciri subjektivitas, kritik dan kemajuan. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, Aristoteles memberi pemahaman bahwa jika komunikasi dijalin bersama masyarakat, hidup akan menjadi lebih bermartabat. Bagi para filsuf, komunikasi adalah suatu penyataan diri manusia seutuhnya, sehingga tanpa komunikasi suatu komunitas akan hancur.
           Dalam memahami Teologi, yakni pencarian manusia akan sesuatu yang transenden tersebut, sangat diperlukan komunikasi di dalamnya, karena dengan proses komunikasi tersebut manusia dapat menyatakan dirinya secara utuh dalam hal mencari sesuatu yang transenden atau biasa dikatakan “Tuhan”. Ada pandangan mengenai kaitan antara Teologi dan Komunikasi dari Robby I. Chandra, pandangan pertama jika dilihat hubungan antara Teologi dan Komunikasi sangat dekat dengan ‘bahasa’, karena tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dan berteologia secara sistematis dan efektif. Pandangan kedua yang menyatakan bahwa komunikasi serta Teologi saling terkait dengan ‘relasi-relasi’, baik relasi dengan sesama maupun dengan Sang Pencipta. Sehinga dengan melihat pandangan tersebut, semakin jelas dipemikiran kita bahwa Teologi dan Komunikasi saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga proses ini berjalan dua arah, yakni proses proses penyusunan teologi tentang komunikasi sebagai proses komunikasi dan komunikasi perlu dikaji  agar manusia lebih mengenal hakikat manusiawinya, sehingga dengan memahami komunikasi kita akan lebih mengenal diri kita.[1] Ternyata jika ditelusuri lebih dalam lagi mengenai komunikasi, dapat dipahami bahwa komunikasi pengertiannya sangat luas, karena komunikasi itu terbagi atas dua landasan utama, baik komunikasi verbal maupun non verbal, sehingga dengan pengertian tersebut komunikasi merupakan suatu bidang ilmu yang sangat terkait di dalam kehidupan manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar kita telah melakukan suatu proses komunikasi tersebut. Setelah memahami makna kedua kata tersebut, dapat dimengerti bahwa Teologi dan Komunikasi sangat terkait satu dengan yang lainnya, pertama ketika Allah melakukan ‘penciptaan’ dengan dimulai dengan berkomunikasi terlebih dahulu Jadilah ini, Jadilah itu, dari pandangan ini dapat dikatakan bahwa ciptaan tidak akan terjadi bila Allah tidak berkomunikasi terlebih dahulu. Kemudian yang terpenting adalah bahwa Allah dan ciptaanNya terhubungkan karena Allah berkomunikasi, sehingga dengan komunikasi Allah menghubungkan diri dengan ciptaanNya.



[1] Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 20-21

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama