"EFEK" kuasa dan media massa
Dalam
kehidupan saat ini, semua hal pasti berubah. Tidak ada hal yang tetap dan sama
di muka bumi ini, perubahan akan terus terjadi. Oleh karena itu dalam hal
berteologi jika dihubungkan dengan komunikasi dapat ditarik suatu benang merah,
yakni perubahan dalam cara pandang, hal ini sangat berkaitan dengan perubahan
persepsi tentang hakikat manusia, juga dengan Sang Pencipta. Sehingga
perubahan-perubahan ini mengakibatkan perubahan pada dimensi hidup yang lebih
material sifatnya, seperti ekonomi, politik dan budaya secara umum. Sehingga perubahan yang terjadi tersebut mempengaruhi cara pandang manusia
mengenai dirinya sendiri. Dengan adanya perubahan tersebut, manusia tidak hanya
terperangkap dalam ranah berpikir yang monoton atau datar yang menjadikan
manusia sebagai sosok yang pasif terhadap perubahan, tetapi manusia dapat
menjadi berkembang dan terus menjadi sosok yang aktif dalam perubahan tersebut.
Hal yang perlu dikritisi disini bahwa perubahan dalam komunikasi, maupun
perubahan dalam pengertian yang lebih luas, mempunyai dua arah pencapaian yakni
perubahan ke arah positif dan perubahan ke arah negatif, karena dengan
pemahaman semacam itu, perubahan yang dirasakan dan dilakukan dapat memberi
suatu cara berpikir yang baru dan cara pandang baru mengenai suatu permasalahan
dan tantangan yang terjadi di dalam proses komunikasi dan proses berteologi.
Dalam
perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan tersebut akan
terkait langsung dengan kuasa-kuasa di dalam hidup manusia. Namun, pada
dasarnya ada kuasa-kuasa yang bersifat memberikan manusia kesempatan dan
kebebasan baru, namun sebaliknya ada kuasa yang justru menghasilkan
ketergantungan, kungkungan dan tekanan baru bagi manusia. Dalam pengertian
kuasa tersebut, terbagi menjadi dua aliran yang pertama, aliran dominatif yang
dimana bersifat koersif atau paksaan, sehingga mendapatkan definisi bahwa kuasa
sebagai kemampuan untuk memaksakan kemauan pada orang lain, sehingga aliran ini
cenderung terjadinya konflik. Kedua, aliran liberatif, yakni suatu kuasa yang
dapat memberi kebebasan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat, sehingga
aliran ini jarang terjadi konflik. Sehingga jika dikritisi lebih dalam bahwa
ada dua jenis kuasa, yakni kuasa redemptif dan kuasa yang totalitarian, pertama
kuasa redemptif sama persis dengan aliran liberatif yang cenderung bertujuan
positif, karena di dalam kuasa redemptif ini mempunyai suatu fungsi untuk
membebaskan orang dari ketergantungan, keterikatan dan ketertutupan, juga dalam
kuasa redemptif ini lebih tertuju untuk memberi manfaat yang positif bagi orang
lain, dan membebaskan untuk sesuatu yang luhur, sehingga keutuhan terjadi. Kemudian
kuasa totalitarian sama dengan aliran dominatif, karena jenis kuasa ini menutup
kesempatan bagi kritik, tantangan atau
kendali untuk berkembang, sehingga kuasa totalitarian ini tidak berjalan dua
arah, tetapi hanya satu arah saja, sehingga pada akhirnya terjadi suatu proses
lingkaran tertutup dari komunikasi tersebut.
Di
dalam kuasa tersebut ada suatu kuasa yang sangat mempengaruhi di era modernitas
ini, yakni kuasa besar dari media massa. Dasar dari kuasa media massa, yakni
pengetahuan tentang teknologi, sehingga orang yang menguasai teknlogi dapat
memiliki ‘kuasa’ yang besar. Kemudian dari wibawa struktural, yakni di dalam
suatu organisasi seseorang akan dilihat dan dirasakan pengaruh ‘kuasanya’ di
dalamnya. Kemudian Akses terhadap dana juga mempengaruhi ‘kuasa’ seseorang,
karena dengan dana tersebut setiap orang dapat berkuasa di dalam proses tawar
menawar yang tinggi dalam hal apapun. Kuasa juga terbentuk dari penerimaan orang
banyak, karena dengan hal tersebut dapat dipastikan bahwa sosok yang berkuasa
tersebut dilihat dari kepopulerannya. Dalam kuasa hal yang terpenting, yakni
kharisma sehingga dengan hal tersebut pengaruh dan kuasanya sangat besar. Hal
yang terpenting mengenai efek dari media massa ini, sebenarnya mempunyai dua
pandangan yang berbeda, ada pandangan yang ke arah positif dan arah negatif,
karena menurut saya efek dari media massa ini sangatlah tergantung dari cara
pandang setiap orang yang berbeda-beda. Dampak positifnya bahwa di era yang
modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat sehingga
informasi yang tadinya jauh atau tidak dapat dijangkau, sekarang menjadi sangat
dekat dengan kehidupan manusia, sebaliknya dampak negatif dari pengaruh media
massa tersebut, yakni kehidupan ini menjadi seperti visualisasi belaka, manusia
hanya melihat sesuatu yang tidak nyata, dan membayangkan keadaan tersebut
benar-benar terjadi di kehidupan manusia, tanpa memperdulikan kehidupan orang
lain yang berada di sekitar dia, hal ini menyebabkan proses sosialisasi semakin
menurun. Oleh karena itu dibutuhkan sikap kritis dan terbuka dalam memandang
media massa tersebut, sehingga terjalin suatu komunikasi yang baik di dalamnya.
Oleh
karena itu, dalam memahami kuasa yang merupakan bagian di dalam kehidupan kita,
kita dapat memilih untuk melayani dengan menggunakan kuasa redemptif yang
membuat komunikasi menjadi wahana untuk proses belajar mengenali makna-makna
yang baru, serta menjadi alat dalam penyampaian makna tersebut. Sebaliknya dalam
kehidupan sekarang ini, terkadang timbul suatu godaan untuk menjadikan
komunikasi yang totaliter. Untuk itu proses komunikasi sebagai alat yang
menghubungkan manusia dan realita sangat berperan di sini. Melalui
penyederhanaan, visualisasi belaka dan ilusi, manusia digiring ke dalam hidup
yang fokus kepada kepentingannya sendiri. Sehingga dalam mengatasi hal
tersebut, Teologi harus membuka diri untuk dialog dan partisipasi, termasuk
untuk penilaian dan koreksi diri. Sehingga setiap konteks dalam komunikasi juga
perlu dikaji secara Teologis dan
dikembangkan secara praktis dan kritis agar dialog muncul berhadapan dengan
rasa terancam. Sehingga, dalam memahami kaitan antara Teologi dan Komunikasi,
sangat perlu unsur keterbukaan dan dialog di dalamnya sehingga proses
berteologi dan berkomunikasi dapat terjalin dengan sistematis, dan berujung
kepada sesuatu yang positif.
Comments
Post a Comment