Kutipan Novel Aleph oleh Paulo Coelho (7)

Selamat membaca kutipan-kutipan Paulo Coelho yang terus memberikan inspirasi!!
"Korkmaz git," kata Hilal lagi. Dalam bahasa Turki, itu berarti 'Maju dan tidak gentar.'" (Coelho: 2010, 187)
"Petarung-petarung yang baik menggunakan energi lawan dan membalikannya pada mereka. Jadi, semakin aku membuang energi dengan kata-kata, aku justru semakin tidak yakin dengan kata-kataku dan akan lebih mudah untuk dimanfaatkan." (Coelho: 2010, 189)
"Jika kita sedang berbicara tentang Tradisi magis, maka jawabannya ya, Aleph berada di luar diri kita. Jika kita sedang berbicara tentang tradisi manusia, orang-orang yang saling cinta memiliki kemampuan, pada momen-momen tertentu yang sangat khusus, untuk mengalami yang Utuh. Dalam dunia nyata, kita cenderung melihat diri kita sebagai sosok-sosok yang berbeda, namun Semesta hanyalah satu hal, satu jiwa. Meski begitu, untuk mengundang Aleph, sesuatu yang sangat kuat harus terjadi: orgasme hebat, kehilangan yang sangat pedih, klimaks konflik besar, momen sukacita ketika melihat pemandangan yang sangat indah dan langkah." (Coelho: 2010, 189)
"Konflik hanyalah untuk jiwa-jiwa yang tidak bisa membedakan baik dan buruk. Di dunia ini ada dua kelompok, orang-orang yang memahamiku dan orang-orang yang tidak. Untuk kelompok kedua, kubiarkan saja mereka menyiksa diri untuk merebut simpatiku." (Coelho: 2010, 190)
"Aku selalu mengira aku siap untuk segala sesuatu sampai putraku lahir dan dunia seakan runtuh menimpaku. Aku merasa lemah, tidak berarti, dan tidak mampu melindunginya. Hanya anak-anak yang percaya mereka mampu melakukan segalanya. Mereka mudah percaya dan tidak kenal takut, jadi mereka percaya pada kekuatan mereka sendiri dan mendapatkan persis yang mereka inginkan. Ketika anak-anak tumbuh besar, mereka mulai sadar bahwa mereka tidak sekuat yang mereka kira dan membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Lalu anak itu mulai mencintai dan berharap cintanya akan berbalas; saat hidup terus berlanjut, ia semakin ingin untuk balas dicintai, bahkan kalaupun itu berarti ia harus menyerahkan kekuatannya. Kita semua berakhir seperti sekarang; orang-orang dewasa yang melakukan segala hal yang kita bisa untuk diterima dan dicintai." (Coelho: 2010, 190)
"Waktu tinggal di Jepang, aku mempelajari keindahan hal-hal sederhana. Dan hal paling sederhana sekaligus paling menakjubkan yang kualami adalah minum teh. Aku barusan pergi untuk mengulang pengalaman itu dan untuk menjelaskan bahwa terlepas dari semua konflik kita, semua kesulitan, semua sikap kejam dan juga murah hati, kita masih bisa tetap mencintai hal-hal sederhana dalam hidup. Samurai biasanya meninggalkan pedang-pedang mereka di luar sebelum masuk ke rumah, duduk dalam posisi tegak sempurna, lalu ambil bagian dalam upacara minum teh dengan berbagai tata caranya. Sepanjang upacara itu, mereka bisa melupakan perang dan mengabdikan diri untuk memuja keindahan. Ayo, kita lakukan itu sekarang." (Coelho: 2010, 192)
"Mari kita pusatkan seluruh tenaga kita untuk menggapai Kesempurnaan lewat tindak-tanduk sehari-hari yang tidak sempurna. Kebijaksanaan sejati berarti menghormati hal-hal sederhana yang kita lakukan, karena hal-hal itu akan menuntun kita ke tempat yang perlu kita tuju." (Coelho: 2010, 192)
"Sekarang aku hanya butuh kau memelukku, tindakan yang sudah dikenal sejak kita mengenal kemanusiaan, tindakan yang lebih penting daripada penyatuan dua tubuh. Pelukan berarti: aku tidak merasa terancam olehmu; aku tidak takut berada sedekat ini; aku bisa merasa rileks, merasa betah, merasa dilindungi dan berada dekat seseorang yang memahami aku. Konon, setiap kali kita memeluk seseorang dengan hangat, umur kita bertambaj sehari." (Coelho: 2010, 196)
"Perjalanan ini bukan kebetulan, dan karena Tuhan tidak bermain dadu dengan Semesta." (Coelho: 2010, 197)

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama