Kutipan Novel ALEPH oleh Paulo Coelho (2)

Paulo Coelho terus merambah di setiap pikiran dan relung jiwa saya, sehingga saya seperti hidup dalam novel tersebut. Perjalanan pribadi Coelho ketika menemukan Aleph bersama dengan Hilal (Penasaran yaaa, baca dong novelnya, seru loh!) membuat buku ini semakin menarik. Berikut kutipan Novel Aleph selanjutnya atau bagian dua, yang saya tulis di blog ini.
"Tidak ada gunanya duduk di sini, menggunakan kata-kata yang tidak berarti apa-apa, Pergilah dan bereksperimen. Sudah waktunya kau keluar dari sini. Pergi dan taklukan kembali kerajaanmu yang mulai tercemar oleh rutinitas. Berhenti mengulang-ulang pelajaran yang sama karena kau tidak akan mempelajari hal baru dengan cara itu." (Coelho: 2010, 21)
"Aku hasik dari segala sesuatu yang sudah terjadi dan akan terjadi, namun aku di sini. Jika aku melakukan perbuatan yang salah, aku bisa memperbaikinya atau setidaknya meminta maaf. Jika aku melakukan perbuatan yang benar, aku akan menjadi lebih bahagia dan semakin terhubung dengan masa sekarang." (Coelho: 2010, 22)
"Kau tidak berada di sini lagi. Kau harus pergi agar bisa kembali ke masa sekarang." (Coelho: 2010, 22)
"Hidup kita adalah perjalanan konstan, dari kelahiran sampai kematian. Latar belakangnya berubah, namun kereta apinya terus bergerak. Kehidupan adalah kereta api, bukan stasiun. Dan yang kaulakukan sekarang bukanlah berpergian, kau hanya berganti-ganti negara, dan itu sama sekali berbeda." (Coelho: 2010, 24)
"Aku tidak tahu. Ke mana pun kau berniat pergi. Cari tahu apa urusanmu yang belum selesai, dan selesaikanlah. Tuhan akan menuntunmu, karena segala sesuatu yang pernah dan akan kaualami berada pada saat ini. Dunia sedang diciptakan dan dihancurkan saat ini juga. Siapa pun yang hilang dalam hidupmu akan kembali. Jangan khianati anugerah yang telah diberikan padamu. Pahamilah apa yang terjadi dalam dirimu dan kau akan memahami apa yang terjadi dalam diri semua orang lain. Jangan bayangkan bahwa aku datang untuk membawa perdamaian. Aku datang membawa pedang." (Coelho: 2010, 25)
"Aku tidak bisa berada pada saat sekarang, pikiranku berputar-putar: Tempat apa yang harus kutuju? Ke mana aku harus pergi? Dan Bagaimana jika aku tidak mengenali orang-orang di jalanku? Itu pasti sudah terjadi dan akan terjadi lagi; jika tidak, jiwaku pasti tenang." (Coelho: 2010, 25)
"Apakah ini hanya kegelisahan sementara? Tidakkah cukup untuk mengucapkan doa-doa seperti biasa, menghormati alam seakan alam adalah suara Tuhan, serta merenungkan keindahan di sekelilingku? Kenapa maju jika aku yakin bahwa aku sudah mencapai batasku?" (Coelho: 2010, 26)
"Aku pernah melalui hal ini sebelumnya. Setiap kali aku menolak mengikuti takdirku, hal yang luar biasa sulit untuk dihadapi akan terjadi dalam hidupku. Dan itulah ketakutan terbesarku saat ini, bahwa akan ada tragedi. Tragedi selalu membawa perubahan radikal dalam hidup kita, perubahan yang berhubungan dengan prinsip yang sama: kehilangan." (Coelho: 2010, 27)

"Saat menghadapi kehilangan dalam bentuk apa pun, tidak ada gunanya berusaha memperbaiki apa yang sudah terjadi; lebih baik memanfaatkan celah besar yang terbuka di depan kita dan mengisina dengan hal baru. Secara teori, setiap kehilangan adalah untuk kebaikan kita; namun pada praktiknya, saat itulah kita mempertanyakan keberadaan Tuhan dan bertanya pada diri sendiri: apa yang sudah kulakukan sehingga pantas menerima hal ini? Tuhan, hindarkan aku dari tragedi dan aku akan mengikuti keinginan-keinginan-Mu." (Coelho: 2010, 27)
"Siapa pun yang benar-benar berkomitmen terhadap hidup tidak pernah berhenti berjalan. Surga dan Bumi bertemu dalam badai yang, setelah selesai, akan membuat udara lebih bersih dan padang-padang lebih subur, namun sebelum itu terjadi, rumah-rumah akan dihancurkan, pohon-pohon yang usianya sudah berabad-abad akan tumbang, tempat-tempat indah akan kebanjiran." (Coelho: 2010, 28)
"Taburlah berkat dan kau akan diberkati." (Coelho: 2010, 27)
"Kita selalu mencoba mengartikan segala sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan bukan sebagaimana mereka sesungguhnya." (Coelho: 2010, 31)
"Aku tahu aku berada dalam diri semua orang di sekelilingku dan mereka berada di dalamku. Bersama-sama kami menulis Buku Kehidupan, setiap pertemuan kami diatur oleh takdir dan tangan-tangan kami bersatu dalam keyakinan bahwa kami bisa membuat perubahan di dunia ini. Semua orang menyumbangkan satu kata, satu kalimat, satu gambar, namun pada akhirnya semuanya masuk akal: kebahagiaan satu orang menjadi sukacita untuk semua. (Coelho: 2010, 34)
"Kita akan selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sama pada diri kita. Kita selalu perlu merendahkan bahwa hati kita tahu kenapa kita ada di sini. Ya, sulit untuk berbicara dengan hatimu, dan mungkin itu bahkan tidak perlu. Kita hanya perlu percaya, mengikuti pertanda-pertanda, dan menjalani Legenda Pribadi kita; lambat laun, kita akan menyadari bahwa kita semau bagian dari sesuatu, bahkan jika kita secara rasional tidak bisa memahami apa sesuatu itu. Orang bilang, sesaat sebelum maut menjemut, masing-masing dari kita memahami alasan keberadaan kita yang sebenarnya, dan dari momen itu, Surga atau Neraka lahir." (Coelho: 2010, 35)
Neraka adalah saat kita menoleh ke belakang dalam waktu sepersekian detik itu dan menyadari bahwa kita telah membuang kesempatan untuk menghargai mukjizat kehidupan. Surga adalah ketika kita mampu berkata pada saat itu: "Aku membuat banyak kesalahan, tapi aku bukan pengecut. Aku menjalani hidupku dan melakukan apa yang perlu kulakukan." (Coelho: 2010, 35)
"Kita semua telah ditebus dan bebas mengikuti jalan yang tidak memiliki awal dan tidak akan berakhir." (Coelho: 2010, 36)
"Bambu Cina. Rupanya, setelah benih disebar, kau tidak melihat apa-apa selama lima tahun, kecuali tunas kecil. Semua pertumbuhannya terjadi dalam tanah, tempat sistem akar kompleks yang akan menembus ke atas dan keluar sedang dibangun. Lalu, pada akhir masa lima tahun itu, bambu tersebut tiba-tiba mencuat keluar sampai mencapai tinggi 25 meter." (Coelho: 2010, 35-36)
Keren kan, kutipan Coelho dari novelnya Aleph, selamat membaca kutipan-kutipan selanjutnya! :)

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama