Kutipan Novel Aleph oleh Paulo Coelho (6)

"Selalu ada elemen 'keberuntungan pemula' yang diciptakan Tuhan hanya untuk menunjukkan bahwa hal itu mungkin, namun setelah itu, situasinya berbalik dan kembali ke titik semula." (Coelho: 2010, 170)
"Kita tidak akan pernah bisa melukai jiwa, sama seperti kita tidak akan pernah melukai Tuhan, namun kita bisa terpenjara oleh kenangan-kenangan kita, dan semua itu membuat hidup kita sengsara bahkan saat kita memiliki semua hal yang kita butuhkan untuk menjadi bahagia." (Coelho: 2010, 181)
"Seandainya kita bisa sepenuhnya berada pada momen sekarang, seakan kita baru saja terbangun di planet Bumi dan mendapati bahwa kita berada di kuil emas, namun kita tidak bisa." (Coelho: 2010, 182)
"Aku membebaskan diri dari kebencian lewat pengampunan dan cinta. Aku sadar bahwa penderitaan, saat tidak bisa kuhindari, merupakan cara untuk membantuku menggapai kemuliaan. Aku sadar bahwa segala sesuatu saling terhubung, semua jalan bertemu, dan semua sungai mengalir ke laut yang sama. Itu sebabnya aku, sekarang ini, menjadi alat pengampunan, pengampunan atas segala kejahatan yang sudah kuketahui, yang lainnya tidak." (Coelho: 2010, 184)
"Aku memaafkan air mata yang harus kutumpahkan, Aku memaafkan rasa sakit dan semua kekecewaan, Aku memaafkan semua pengkhianatan serta kebohongan, Aku memaafkan semua tipu muslihat, Aku memaafkan kebencian serta penganiayaan, Aku memaafkan pukulan-pukulan yang melukaiku, Aku memaafkan impian-impian yang rusak, Aku memaafkan harapan-harapan yang mati sebelum waktunya, Aku memaafkan permusuhan serta kecemburuan, Aku memaafkan ketidakpedulian dan niat jahat, Aku memaafkan ketidakadilan yang dijalankan atas nama keadilan, Aku memaafkan kemarahan serta kekejaman, Aku memaafkan kelalaian dan sikap menghina, Aku memaafkan dunia dan semua kejahatannya." (Coelho: 2010, 185)
"Aku juga memaafkan diri sendiri. Semoga peristiwa-peristiwa buruk masa lalu tidak lagi memberatkan hatiku. Dibanding rasa sakit dan kebencian, aku memilih pengertian dan belas kasih. Dibanding pemberontakan, aku memilih musik biolaku. Dibanding duka cita, aku memilih untuk memaafkan. Dibanding balas dendam, aku memlih kemenangan. (Coelho: 2010, 185)
"Aku memilih kemampuan mencintai, terlepas dari apakah aku balas dicintai, Kemampuan memberi, bahkan saat aku tidak punya apa-apa, Kemampuan bekerja dengan bahagia, bahkan di tengah kesulitan-kesulitan, Kemampuan mengulurkan tangan, bahkan saat aku benar-benar sendirian dan diabaikan, Kemampuan untuk mengusap air mata, bahkan saat aku menangis, Kemampuan percaya, bahkan saat tidak seorang pun percaya padaku." (Coelho: 2010, 186)

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama