KEPEMIMPINAN yang MELAYANI

         
  Dalam abad 21 ini yang dijuluki jaman persaingan dan jaman informasi, membuat setiap perusahaan harus berjuang keras untuk tetap survive di lingkungan yang sangat turbulent dan tidak pasti. Melihat dunia bisnis yang sekarang ini adalah dunia bisnis yang penuh ketidak pastian dan sangat mungkin terjadi sebuah bisnis yang besar bila ia tidak dinamis dan tidak mengikuti perkembangan jaman akan mati dalam hitungan hari. Sebuah organisasi bisnis jika ingin tetap survive tidak bisa lagi hanya mengandalkan intuisi atau pengalaman saja, tapi lebih dari itu organisasi bisnis dituntut untuk memiliki distinctive capabilities, salah satu hal
yang menjadi kunci distinctive capabilities adalah dimulai dari pemimpinnya. Pemimpin dapat diibaratkan nahkoda kapal, kalau sang Nahkoda salah membelokkan arah, maka seluruh kapal akan mengikuti kesalahan yang dilakukan oleh sang Nahkoda. Itulah sebabnya perlu adanya seorang pemimpin yang berkualitas dan memiliki strategi yang jelas dalam melaksanakan program dan rencana yang telah disusun.
            Kepemimpinan yang baik merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi baik di dalam bidang sekuler maupun dalam bidang kerohanian. Melihat perubahan yang cepat dan kondisi yang turbulent dewasa ini maka tidak berlebihan jika strategi dikatakan sebagai faktor kunci yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan bisnis tersebut. Sehingga dalam menghadapi persaingan di masa datang yang sarat ketidakpastian, maka sejak dini organisasi harus mempersiapkan segal sesuatunya. Secara sederhana strategi merupakan cara bagaimana perusahaan yang bersangkutan dapat mencapai tujuan di masa datang. Strategi tersebut kemudian akan diimplementasikan kemudian dilakukan penilaian atas kerja dan dilakukan tindakan korektif baik dalam visi, misi, tujuan dan strategi agar dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi. Salah satu strategi dan gaya kepemimpinan yang ada adalah servant leadership. Dalam servant leadership terdapat beberapa variabel di dalamnya, yaitu:
1.      Vision/Visi
2.      Influence/Pengaruh
3.      Credibility/Kredibilitas
4.      Trust/Kepercayaan
5.      Service/Pelayanan.
Dewasa ini, fokus dari kepemimpinan mengalami pergeseran dari kepemimpinan tradisional atau transaksional yang kemudian berkembang ke dalam kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional ini sebagai kepemimpinan yang visioner, kharismatik atau kepemimpinan yang baru. Kepemimpinan transformasional sering juga dihubungkan dengan keefektifan kepemimpinan inovasi, dan perbaikan kualitas. Kepemimpinan trasnformasional menurut Bass (1990) akan mengakibatkan kinerja karyawan meningkat bahkan melebihi dari harapan sebagai akibat dari adanya pengaruh dari pemimpin. Sedangkan Nair (1996) mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional dalam kaitannya dengan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi nilai-nilai, sikap, kepercayaan, dan perilaku dari pihak laun dengan bekerja bersama mereka dengan tujuan untuk mencapai misi dan tujuan dari organisasi. Menurut Black dan Porter (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan transformasionall sebagai kepemimpinan yang memotivasi para pengikut yang ada untuk mengabaikan kepentingan pribadi mereka dan bekerja untuk kepentingan organisasi untuk mencapai hasil yang signifikan. Sehingga Pemimpin yang transformasional memiliki pengaruh yang meningkatkan kepercayaan bawahan tentang arah dan tujuan dari organisasi serta merubah nilai dari bawahan.
            Sehingga dapat dikatakan servant leadership memiliki arti yang sama dengan kepemimpinan transformasional, karena keduanya berfokus pada proses antara pemimpin dan pengikut. Dari kelima variabel yang ada dalam servant leadership, yaitu visi, pengaruh, kredibilitas, kepercayaan dan pelayanan. Dimulai dari Visi, menurut Webster (1828) yang mendefinisikan visi sebagai, sebuah tindakan untuk melihat obyek eksternal, pertama kemampuan untuk melihat; penglihatan. Kedua, sesuatu yang diimpikan untuk dilihat, kadang-kadang tidak nyata dan masih bersifat abstrak. Oleh karena itu definisi Webster mengenai Visi dapat disimpulkan, pertama Visi yang profetik, kedua Indera untuk mengetahui hal yang tidak atau belum diketahui, dan ketiga melihat apa yang tidak terlihat. Variabel kedua, yakni Pengaruh yang merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hubungan antara pemimpin dan bawahannya terutama dalam pemenuhan tujuan mereka. Pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya dengan menantang bawahannya tentang konsep diri mereka sendiri dan perilaku mereka, atau inkonsistensi antara konsep diri dan perilaku. Kemudian dari adanya kesadaran akan ketidakpuasan ini, maka pemimpin mempunyai pengaruh untuk kemudian merubahnya. Variabel ketiga, yakni Kredibilitas yang merupakan variabel yang sangat penting untuk memahami dan menerapkan servant leadership. Kredibilitas adalah ‘saya percaya’, dari perspektif ini, kredibilitas adalah sebuah perjalanan yang dimulai dari pengembangan eksplorasi dari kredo, kompetensi, kepercayaan diri, dan karakter. Kredo merupakan penuntun, kompetensi memungkinkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan kepercayaan mereka dan total semuanya adalah karakter. Dengan menerapkan kredibilitas dalam servant leadership, sehingga menciptakan kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dipercayai dan juga mencakup kepercayaan dan kemampuan pemberian informasi atau komunikasi dari seseorang. Pemimpin yang memiliki kredibilitas akan senantiasa belajar dan menciptakan situasi pembelajaran di dalam organisasi mereka. Sehingga pemimpin yang memiliki kredibilitas juga menginspirasikan harapan dan keberanian pada pihak lain dengan memberikan keyakinan mereka sebelum yang lainnya, dengan memfasilitasi citra yang positif dan pemikiran, dan dengan memberikan bantuan kepada pihak lain. Variabel yang keempat, yakni Kepercayaan, yang adalah akar dari servant leadership dan pengambilan keputusan. Pemimpin yang terbaik adalah yang transparan melakukan apa yang mereka katakan dan bertindak dalam nilai-nilai yang benar. Dan dalam kepercayaan meliputi pengambilan resiko dan menaksir kemungkinan diperolehnya keuntungan. Kepercayaan sangat penting dalam pengembangan hubungan interpersonal, terutama dalam proses komunikasi interpersonal. Kepercayaan adalah pusat dari hubungan bermitraan yang diwakili melalui ide dari persahabatan dan kepercayaan dengan pihak lain. Ada empat komponen yang membangun kepercayaan, yang pertama kompetensi, kedua keterbukaan, ketiga Perhatian, keempat hal yang dapat dipercaya/tahan uji. Variabel keempat, yakni Pelayanan, dalam servant leadership inti dari semua ini adalah memberikan pelayanan kepada pihak lain. Pemimpin haruslah mengetahui bahwa tugas dan kewajiban utama dari pemimpin adalah melayani kebutuhan dan kepentingan dari pihak lain. Bagaimanapun  juga melayani pihak lain merupakan kepercayaan yang diberikan oleh organisasi atau intuisi kepada pemimpin atau memberikan pelayanan kepada pihak lain, ide, realisasi, dan aktualisasi dari melayani pihak lain merupakan panggilan atau motivasi tertinggi dari kepemimpinan yang dapat melayani sebagai fungsi penting di dalam memimpin pihak lain.
Kepemimpinan Situasional dan Servant Leadership, dalam kepemimpinan situasional, dimulai dari keyakinan dan nilai tentang orang, yakni: orang dapat dan ingin dikembangkan; kepemimpinan adalah kemitraan; Orang berkembang dalam keterlibatan dan komunikasi dan komunikasi. Ketiga keyakinan ini membuat Blanchard mendefinisikan tiga keterampilan dari pemimpin situasional, yaitu :
1.      Kemampuan untuk diagnosa, yaitu kemauan dan kemampuan untuk melihat sesuatu dan mengukur kebutuhan pengembangan seorang karyawan untuk menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk tugas atau target.
2.      Keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai macam gaya kepemimpinan dengan baik.
3.      Kemitraan untuk penampilan/kesepakatan untuk gaya kepemimpinanm yaitu mencapai kesepakatan dengan orang tentang gaya kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mencapai target pribadi dan target organisasi.
Sehingga inti utama dari kepemimpinan situasional adalah bagaimana pemimpin dapat mengembangkan semaksimal mungkin kemampuan pengikut mereka sesuai dengan gaya dan tahapan dari pengikut yang ada. Ini merupakan prinsip utama dalam servant leadership, yakni bagaiman pemimpin dapat melayani pengikutnya untuk perkembangan dan kemajuan bersama. Ada empat gaya dalam kepemimpinan situasional, yakni mengarahkan, melatih, mendukung dan mendelegasikan, itu merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.

Sehingga pemimpin yang melayani, yakni melayani orang-orang bukan untuk memperoleh lebih banyak dari mereka; melainkan karena mereka ingin meningkatkan harga diri mereka dan kebanggan orang-orang itu. Kepemimpinan adalah sebuah kombinasi antara diri seseorang (karakter) dan semua yang pemimpin lakukan (kemampuan)

Comments

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama