Belajar Bisnis dari Alkitab


Seorang pengusaha real estate terkemuka menelpon saya untuk menanggapi tulisan di sebuah media. Dia bukan saja mengomentari tentang tulisan "Yesus dan Bisnis", tetapi juga memberikan tambahan informasi yang menarik. Menurutnya, orang-orang Tionghoa dulu mendarat di Tanah air dalam kondisi susah. Agar bisa hidup, mereka bekerja pada orang-orang Tionghoa yang sudah lebih dulu mapan. Yang menarik,
mereka yang sudah mapan seringkali meminjamkan uangnya tanpa bunga kepada pendatang baru ini. Bukan hanya uang yang mereka pinjamkan, mereka pun membuka jalan bagi mereka dengan menunjukkan cara berbisnis dan di mana mereka bisa ambil barang. Ada lagi cara yang mereka pakai, yaitu arisan. Orang yang butuh modal mengadakan arisan dan merekalah yang mendapat uang pertama kali. Diharapkan pada akhir putaran arisan itu, mereka sudah bisa mengembalikan modalnya. Persaudaraan yang patut diteladani bukan?
Seorang sahabat saya Jimmy, meminta saya menuliskan kata pengantar untuk bukunya yang berjudul 7 prinsip sukses Bisnis - Mengelola Usaha Secara Alkitabiah & Profesional. Jimmy memakai kisah penciptaan di Kitab Kejadian sebagai dasar untuk menulis buku ini. Ingin tahu ringkasannya?

Pertama, ketika memulai bisnis baru, kita pun seperti bumi yang masih gelap. Kita meraba-raba bisnis apa yang bisa kita kerjakan dan bagaimana melakukannya. Itulah sebabnya kita memerlukan terang dari Tuhan. Hanya hikmat yang datangnya dari Tuhan yang membuat kita bisa survive.

Kedua, pada hari yang kedua, Tuhan memisahkan antara air di atas dan air di bawah. Kita pun harus bisa memisahkan antara keinginan untuk cepat kaya atau berbisnis dengan baik dan menurut standar Alkitab. Keinginan daging dan roh seringkali bertentangan. Jika kita bisa menjadi bos yang baik.

Ketiga, kita memulai bisnis dengan memberikan batasan yang jelas. Tanpa rambu-rambu yang jelas, kita akan menjalankan bisnis dengan sembrono dan akhirnya terjungkal ke "lautan bisnis" yang bergelombang deras dan berangin kencang.

Keempat, pada hari ini Allah menciptakan matahari, bulan dan bintang. Dalam berbisnis, kita pun harus memiliki tiga fungsi ini. Matahari, memimpin. Sebagai pemimpin kita harus bisa menerangi anak buah kita dengan berbagai kemampuan berbisnis yang baik. Bulan, pengayom. Sebagai pemimpin yang baik, kita tidak saja memberikan wawasan kepada anak buah, tetapi juga bisa mengayomi mereka baik saat bisnis berjalan dengan baik apalagi saat bisnis sedang di bawah. Bintang, penunjuk arah. Sebagai pemimpin yang baik, kita harus terus-menerus mengarahkan anak buah kita agar sampai ke pelabuhan yang kita tuju.

Kelima, pada hari ini Allah mengisi langit dengan burung dan air dengan ikan. Perusahaan yang baik harus kita isi dengan hal-hal yang baik pula. Isi terbaik sebuah perusahaan adalah manusia. Itulah sebabnya kita harus memperhatikan karyawan dengan baik. bagaimana? Dengan mengisinya dengan hal yang baik pula baik berupa training maupun kesejahteraan yang memadai.

Keenam, pada hari ini Tuhan menciptakan makhluk untuk mengisi daratan termasuk manusia. Di dunia usaha, kita perlu orang-orang yang tidak saja bisa menjalankan bisnis kita tetapi juga meneruskannya. Banyak perusahaan yang hanya bertahan sampai pada generasi ketiga saja.

Ketujuh, Tuhan menguduskan hari yang ketujuh ini. Kita pun perlu beristirahat pada hari yang tepat. Bukan hanya pada hari Minggu. Jika tiba saatnya, kita harus menyerahkan tongkat estafet kepada orang lain dan memulai sesuatu yang baru.

Renungan Inspirasi... 
By. Xavier Quentin Pranata

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF KEKRISTENAN

STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR

Resensi Buku Fenomenologi Agama